Senin, 01 Agustus 2011

Mitos Seputar Prosesor AMD

Memakai notebook dengan prosesor AMD? Masih banyak pengguna PC yang ragu memakai prosesor yang satu ini. Ada beberapa “mitos” yang membuat prosesor AMD dianggap kurang baik. Akan tetapi, apakah “mitos” tersebut benar adanya? Mari kita bahas satu-persatu.
Panas
Ya, ini hal pertama yang akan dibicarakan banyak orang. Prosesor AMD itu panas. Asumsi ini berasal dari masa lalu. Dahulu, di masa awal maraknya prosesor AMD diperkenalkan ke pasaran, memang prosesor ini cenderung panas. Sebenarnya, panas ini diakibatkan proses produksi yang kalah kecil dengan pesaingnya. Selain itu, teknologi pendinginan di masa itu masih tergolong kurang baik.
Seiring waktu, AMD berhasil memperbaiki kondisi ini. Bahkan, prosesor Athlon64 (64-bit) versi awal adalah prosesor yang sudah sangat dingin. Kemajuan proses manufaktur yang disertai dengan teknologi cool and quiet di kisaran 2003 akhir, membuat AMD menjadi salah satu prosesor yang paling dingin. Sayangnya, kondisi ini tidak disadari oleh banyak orang.
Saat ini, AMD mampu menawarkan prosesor yang sama dinginnya dengan pesaingnya. Acer Aspire 4552 yang menggunakan prosesor AMD bisa bekerja (full) dengan suhu kisaran 40-55 C. Dalam kondisi ini, tidak ada rasa panas yang mengganggu di permukaan keyboard maupun di bagian bawah. Mengapa demikian? Karena metode pendinginan dan teknologi yang digunakan AMD sudah mampu mengatasi suhu yang berlebihan. Jadi, mitos soal suhu tinggi pada prosesor AMD ini secara resmi kami nyatakan tidak benar.
Lamban
Sebagai “pemain baru” di dunia CPU (jika dibandingkan dengan para pesaingnya), wajar jika di masa awal hadirnya prosesor AMD belum mampu bersaing dalam hal performa. Akan tetapi, ini terjadi di tahun 90-an. Saat AMD berhasil menghadirkan seri prosesor Athlon, keadaan menjadi berubah. Prosesor Athlon pertama yang diluncurkan AMD di tahun 1999 ini berhasil menggemparkan dunia karena arsitektur yang canggih dan kecepatannya serta kestabilannya.
Saat ini, prosesor AMD bahkan sudah digunakan di dalam server-server besar untuk kalangan korporat. Hal yang tidak aneh, mengingat arsitektur AMD Athlon pertama memang berasal dari perusahaan yang memroduksi server kelas enterprise. Teknologi seperti SSE dan MMX pun berhasil diperoleh AMD dan digunakan pada prosesor terkininya. Selain itu, fitur  modern seperti pengendali memori terintegrasi pun sudah dimilikinya. Melihat kenyataan-kenyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa mitos “prosesor AMD lamban” juga tidak benar.
Tidak Kompatibel
Prosesor AMD yang digunakan pada PC (desktop dan notebook) mengacu pada sebuah standar yang sama dengan prosesor PC lainnya, yaitu x86. Jadi, masalah kompatibilitas seharusnya tidak muncul sama sekali. Dan pada kenyataannya, memang tidak ada. Anda bisa menggunakan beragam aplikasi yang umum dipakai, pada sistem yang menggunakan prosesor AMD.
Berhubung AMD sekarang memegang market share prosesor (dunia) di kisaran 20%, tentunya tidak ada perusahaan software yang akan membuat software-nya tidak kompatibel dengan AMD, bukan? Selain itu, melihat banyak perusahaan yang mengandalkan AMD sebagai “motor” server korporatnya, ini berarti AMD dianggap sudah siap untuk beradaptasi terhadap beragam kondisi. Pada akhirnya, Anda bisa menalar sendiri apakah mitos ini benar atau tidak, bukan?
Image yang Tepat: Kencang dan Terjangkau
Sejak lama, AMD berusaha menawarkan prosesor alternatif yang memiliki performa tinggi namun harga lebih terjangkau. Semua ini berhasil dicapainya sejak hadirnya Athlon. 11 tahun setelah Athlon pertama hadir di pasaran, AMD tetap konsisten dengan ide ini. Bahkan, untuk desktop PC ekonomis, AMD sebenarnya beberapa tahun terakhir ini sudah menjadi pilihan yang amat digemari. Teknologi tinggi dan harga total sistem yang terjangkau menjadi daya tarik utamanya.

sumber : http://www.acerid.com/2010/11/mitos-seputar-prosesor-amd/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar